MALANG – Kegiatan beternak lebah madu Mellifera semakin banyak dilakukan oleh masyarakat di Provinsi Riau. Salah satu daerah yang paling banyak dijadikan sebagai lokasi beternak lebah ini adalah Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak. Alasan pemilihan lokasi tersebut oleh peternak lebah adalah ketersediaan sumber pakan yang melimpah bagi lebah, yaitu hamparan tanaman di Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan kelapa sawit.
Tanaman pokok di HTI pada lahan gambut di Kabupaten Siak adalah Acacia crassicarpa (Akasia), yang merupakan sumber pakan potensial bagi lebah Mellifera, karena jumlahnya ribuan hektar dan menghasilkan nektar dari pangkal daunnya sepanjang tahun dan tidak mengenal musim. Penelitian sebelumnya menunjukkan umur pohon akasia yang berbeda menghasilkan jumlah nektar yang berbeda pula. Perbedaan tersebut diduga akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas madu yang dihasilkan.
Peternak lebah madu Mellifera di Kabupaten Siak menghadapi permasalahan kualitas madu yang sering belum memenuhi standar SNI 8664-2018 secara keseluruhan variable kualitas dan produksi madu yang masih fluktuatif. Faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi kualitas dan produksi madu adalah waktu panen, tanaman sumber pakan, dan manajemen peternakan.
Berdasarkan faktor penyebab tersebut, Eni Suhesti mengangkat tema tersebut dalam sebuah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh waktu panen, umur pohon akasia, dan interaksi keduanya terhadap kualitas dan produksi madu lebah Mellifera serta menyusun model rakitan teknologi peningkatan kualitas dan produksi madu berdasarkan waktu panen, umur pohon akasia dan pengetahuan lokal peternak dalam pengelolaan peternakan lebah Mellifera.
Mahasiswa program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang ini membagai penelitiannya dalam beberapa tahap dimana tahap pertama Eny melakukan survey komposisi dan produksi nektar dari pohon akasia berumur 3, 8, dan 18 bulan, serta karakteristik lingkungan lokasi peternakan lebah yang terdiri dari suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari. Lalu ditahap II Eny melakukan eksperimen untuk menganalisis pengaruh waktu panen, umur pohon akasia dan interaksinya terhadap kualitas dan produksi madu Mellifera. Selanjutnay pada tahap ketiga ia menyusunan model rakitan teknologi peningkatan kualitas dan produksi madu Mellifera berdasarkan waktu panen terbaik, umur tanaman terbaik dan pengetahuan lokal peternak lebah madu Mellifera di Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Pada Tahap I Eny menemukan bahwa umur tanaman akasia berpengaruh nyata (dengan nilai P 0,05) terhadap komposisi nektar yang dihasilkan pada nilai gula total, kadar air, glukosa, sukrosa, dan keasaman, juga terhadap potensi produksi nektar rata-rata per tanaman per hari. Nilai gula total tertinggi terdapat pada tanaman berumur 3 bulan, kadar air tertinggi pada umur 18 bulan, glukosa tertinggi tanaman 3 bulan, sukrosa tertinggi pada tanaman 3 bulan, dan keasaman tertinggi pada tanaman 8 bulan. Potensi produksi nectar tertinggi pada tanaman berumur 6 bulan. Produksi nectar harian tertinggi pada pukul 6.30 terus menurun sampai 09.30. Pada pukul 10.30 sampai dengan 15.30 nektar tidak terukur, dan kembali meningkat mulai pukul 16.30 sampai 18.30.
Pada Tahap II didapati bahwa umur tanaman akasia dan waktu panen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas madu pada variable aktivitas enzim diastase, hidroxymetylfurfural (HMF), glukosa, sukrosa, kadar air dan keasaman madu. Umur tanaman berpengaruh nyata, tetapi waktu panen tidak berpengaruh terhadap produksi madu. Variabel kualitas madu yang memenuhi standar SNI 8664-2018 adalah : aktivitas enzim diastase dengan waktu panen 30 hari pada umur tanaman 3 bulan, panen 21 hari pada umur tanaman tanaman 8 bulan. Variabel keasaman tidak ada yang memenuhi standar. Produksi 8 bulan, dan panen 14 hari pada tanaman 18 bulan. Variabel HMF semua waktu panen untuk semua umur tanaman. Variabel kadar air panen 30 hari dengan umur tanaman 3 dan 18 bulan. Kandungan sukrosa pada waktu panen 30 hari dengan umur tanaman 8 dan 18 bulan, glukosa hanya pada panen 30 hari dengan umur madu tertinggi terdaat pada umur tanaman 18 bulan, yaitu rata-rata 4,35 kg/stup.
Tahapan penelitian ke III menghasilkan model rakitan teknologi peningkatan kualitas dan produksi madu dengan 5 tahapan, yaitu persiapan lokasi, persiapan kotak pemeliharaan (stup) dan koloni lebah, penempatan koloni, perawatan, pemanenan dan pascapanen. Lokasi yang baik untuk beternak A.mellifera adalah yang menyediakan tanaman sumber pakan yang cukup, yaitu A.crassicarpa berumur 8 samapai 8 bulan dan tanaman sumber pollen seperti rumput-rumputan dan kelapa sawit. Stup yang baik untuk menghasilkan madu yang berkualitas dan produksi tinggi adalah stup (kotak) “super”, yaitu yang terpisah antara tempat madu dengan ratu dan telur atau larva. Pemilihan koloni lebah yang baik adalah yang sehat, memiliki ukuran tubuh yang besar, lincah dan bebas hama penyakit. Pelatakkan kotak-kotak lebah dilakukan secara teratur dan berkelompok supaya perawatan dan pemanenan dapat dilakukan dengan mudah. Tahap keempat adalah perawatan koloni lebah dari hama, kondisi iklim mikro dan pestisida. Tahap kelima adalah penentuan waktu panen madu terbaik, yaitu 30 hari.
Melalui hasil yang sudah didapatkan Eny menyimpulan bahwa waktu panen madu berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas madu, namun tidak berpengaruh terhadap produksi madu. Selain itu umur tanaman akasia sebagai sumber nektar utama bagi lebah berpengaruh nyata terhadap kualitas dan produksi madu, umur terbaik adalah 8 dan 18 bulan serta model rakitan teknologi untuk peningkatan kualitas dan produksi madu Mellifera adalah waktu panen minimal 30 hari dengan tanaman Akasia 8 sampai 18 bulan, dan manajemen peternakan lebah yang meliputi penyusunan sisiran lebah dengan tepat, cara dan waktu pemanenan yang optimal, penggunaan kotak lebah super, dan perawatan koloni dari gangguan hama dan cuaca, serta pengkayaan tanaman sumber pollen.
Eny berharap dari penelitian ini bisa bermanfaat bagi peternak lebah madu Mellifera pada kawasan hutan rawa gambut dengan tanaman akasia dalam menentukan waktu panen madu terbaik, pemilihan umur tanaman terbaik dan manajemen peternakan terbaik untuk menghasilkan madu berkualitas dengan produksi optimal. Juga bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang peternakan lebah madu Mellifera pada hutan tropis khususnya lahan rawa gambut.
****) Oleh: Eni Suhesti, Mahasiswa program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang.