Pemanfaatan Lahan Suboptimal di Sumatera Selatan untuk Swasembada Pangan

Kamis, 26 September 2024 01:28 WIB

MALANG – Sumatera Selatan, dengan luas lahan rawa pasang surut lebih dari 1,3 juta hektar, memiliki potensi besar untuk pengembangan pertanian. Namun, sebagian besar lahan ini tergolong suboptimal, yang berarti lahan tersebut menghadapi berbagai tantangan lingkungan seperti kadar garam tinggi, kelebihan air, dan rendahnya kesuburan tanah. Kabupaten Banyuasin menjadi salah satu contoh nyata, dengan data pada tahun 2020 menunjukkan bahwa dari 28.230 hektar tanah terlantar, jumlah ini 49% lebih tinggi dibandingkan lahan yang telah dimanfaatkan untuk pertanian, baik tegalan maupun ladang.

Lahan suboptimal, yang selama ini dianggap kurang produktif, justru dapat menjadi kunci dalam mewujudkan swasembada pangan nasional. Peningkatan produktivitas lahan dan adaptasi terhadap kondisi alam yang sulit menjadi fokus penting dalam pengembangan pertanian di wilayah ini. Salah satu komoditas yang sedang diuji untuk dibudidayakan di lahan suboptimal adalah bawang merah, yang merupakan tanaman hortikultura bernilai ekonomi tinggi. Hal inilah yang menarik minat Eni Hawayanti, mahasiswa program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang ini meneliti tentang pemanfaatan lahan suboptimal yang ada di Sumatera Selatan.

Penelitian Tentang Pemanfaatan Lahan Suboptimal untuk Bawang Merah

Penelitian untuk mengembangkan bawang merah di lahan suboptimal dilakukan dalam beberapa tahap eksperimen yang bertujuan menemukan metode terbaik untuk meningkatkan produktivitas di tanah yang sebelumnya sulit dimanfaatkan. Penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan pupuk organik dan NPK, serta pengujian beberapa varietas bawang merah untuk mengetahui respons tanaman terhadap kondisi lahan yang berbeda.

Dalam penelitian tahap pertama, ditemukan bahwa dosis pupuk NPK dan pupuk organik limbah tanaman memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan hasil produksi bawang merah. Hasil tertinggi dicapai dengan kombinasi penggunaan pupuk NPK sebanyak 25% dan pupuk organik limbah tanaman 10 ton per hektar. Pada dosis ini, produktivitas bawang merah mencapai 9,32 ton per hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk organik.

Varietas Bawang Merah yang Tahan di Lahan Suboptimal

Pada tahap kedua Erni berfokus pada pengujian daya tahan beberapa varietas bawang merah terhadap lahan suboptimal. Hasilnya, varietas Bima Brebes dan Sanren menunjukkan performa terbaik dengan produktivitas mencapai 11,36 ton per hektar dan 9,96 ton per hektar. Lahan kering masam, salah satu jenis lahan suboptimal, terbukti mampu menghasilkan 11,96 ton bawang merah per hektar, menjadikannya salah satu lahan paling produktif di antara lahan suboptimal lainnya.

Tahap ketiga penelitian memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik limbah tanaman dalam jumlah yang tepat juga berpengaruh signifikan terhadap hasil bawang merah. Pemberian pupuk organik sebanyak 7,5 ton per hektar menghasilkan bobot umbi yang lebih berat, terutama pada varietas Bima Brebes dan Tajuk.

Solusi untuk Mengatasi Tantangan Lahan Suboptimal

Melalui hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lahan suboptimal untuk budidaya bawang merah di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, bukanlah sesuatu yang mustahil. Dukungan inovasi teknologi, seperti penggunaan pupuk organik dan pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi lahan yang kurang ideal, terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan yang selama ini dianggap tidak layak.

Erni berhara hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi petani di wilayah tersebut, serta mendorong para peneliti dan pemerintah untuk terus mengembangkan solusi yang ramah lingkungan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan nasional. Dengan potensi besar yang dimiliki Sumatera Selatan, lahan suboptimal kini dapat bertransformasi menjadi tulang punggung produksi pertanian yang berkelanjutan.

****) Oleh: Eni Hawayanti, mahasiswa program Doktor Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang.

Shared: